Notification

×

Iklan

Iklan

6 Strategi Pembelajaran Pra Literasi

25/04/2022 | 09:13 WIB | 0 Views Last Updated 2022-04-25T16:13:33Z
 
(Sumber Foto : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Banggai Laut) 
Orang tua perlu memperhatikan strategi pembelajaran pra literasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini.

BALUT, TEROPONG BANGGAI - Literasi  tidak hanya berkaitan dengan kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) anak, tetapi mencakup seluruh kemampuan yang ada dalam diri anak itu sendiri. Kemampuan ini perlu dikembangkan sedini mungkin sebagai pra literasi yang menjadi fondasi kemampuan literasi anak pada usia selanjutnya.

Namun perlu diingat orangtua harus memperhatikan strategi pembelajaran pra literasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, dimana terdapat beberapa elemen diantaranya pemahaman bahasa lisan yakni berbicara dan mendengarkan. Lalu pemahaman atau pengenalan buku; pemahaman kata dan bunyi; pengenalan atau pemahaman huruf atau alpabet; dan pemahaman atau pengenalan tulisan.

Berikut enam strategi yang perlu diperhatikan orangtua yang sudah disarikan paudpedia.kemdikbud.go.id :

Literasi berbasis bermain. Learning by Playing (belajar melalui bermain). Anak akan mengganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain, dan bahkan berbentuk permainan. Di dalam kegiatan bermain, anak membangun kemampuan literasinya berdasarkan pengalaman yang ia temui. Bahkan mereka mampu menceritakan kembali bagaimana pengalamannya saat bermain. Inilah esensi atau hal mendasar dari pra literasi itu sendiri.

Membacakan buku kepada anak. Anak-anak belajar bahasa, fungsi bahasa, dan cara menggunakan bahasa. Ini terjadi dalam semua interaksi sosial terutama dalam keluarga. Orangtua adalah sosok figur yang akan dicontoh anak. Ketika orangtua sering membacakan buku kepada anak perlahan mereka akan menggemari aktivitas membaca. Tidak hanya sebatas itu, membacakan buku ini juga sebagai wadah untuk aktif berinteraksi dengan anak.

Literasi dikembangkan sesuai kondisi lingkungan. Ketika berinteraksi dengan anak, seharusnya topik yang diangkat adalah sesuatu yang dekat dengan lingkungan. Misal di kawasan perkotaan maka ceritakan  sesuatu yang ada di perkotaan. Tujuannya adalah agar memudahkan anak memahami isi cerita tersebut, karena apa yang diceritakan dapat ditangap dengan mudah oleh panca indera mereka dari lingkungan sekitarnya.

Berangkat dari hobi dan minat anak. Perhatikan minat anak, sediakan materi dan kegiatan untuk mendukung minat tersebut, misalnya anak yang suka melukis maka sediakan perlengkapan melukis. Anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk bermain dan berpikir agar menjadi kreatif. Mulailah dengan memberikan kegiatan yang didasarkan pada minat dan gagasan anak-anak. Ini berarti mempelajari cara, mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan anak-anak.

Pengembangan literasi melalui budaya daerah. Semakin sering anak mendengar bahasa daerahnya dan budaya-budaya lainnya, semakin menumbuhkan kesadaran fonologinya dan mengembangkan kognisinya. Kasadaran fonologi dan kognitif ini menjadi dasar untuk mengembangkan pra literasi. Mengapa demikian? Karena berdasarkan apa yang mereka dengar, mereka mampu membangun pengetahuan baru dan memahami budaya di lingkungannya.  

Berikan umpan balik kepada anak. Perbedaan tingkat penguasaan bahasa di antara anak-anak, merupakan cerminan bagaimana lingkungan memperkaya bahasa mereka. Misalnya bagaimana merespon pembicaraan anak dan aktif mengajak mereka berbicara, bercerita, dan lain-lain. Memfasilitasi bahasa anak berarti membantu mendukung pertumbuhan kosa kata anak-anak semasa usia dini. Lingkungan harus bisa menjadi tempat belajar berbahasa yang kondusif bagi anak, didukung interaksi verbal, kebiasaan, dan kegiatan stimulasi lainnya.
 
Abdul Azis Naba (AAN)
(Sumber ; paudpedia.kemdikbud.go.id)
×
Berita Terbaru Update